Setelah
memetakan kelompok-kelompok strategi dalam suatu industri,
langkah-langkah selanjutnya adalah menentukan tahapan analisis
kelompok-kelompok strategis yang terdiri dari :
a. Tingkat dan komposisi rintangan-rintangan mobilitas yang melindungi masing-masing kelompok.
b. Kekuatan tawar-menawar relatif masing-masing kelompok strategi dalam industri dengan para pemasok dan pembelinya.
c. Posisi relatif masing-masing kelompok strategis dalam menghadapi produk pengganti / subtitusi.
d. Pola
saling ketergantungan pasar di antara kelompok-kelompok strategi dan
kepekaan mereka terhadap persaingan dari kelompok-kelompok lain. Ada
empat faktor yang menentukan kekuatan interaksi kelompok-kelompok
strategis dalam suatu lingkungan industri, yaitu :
1. Saling ketergantungan pasar diantara kelompok-kelompok atau sejauh mana sasaran pelanggan mereka saling tumpang tindih.
2. Diferensiasi produk.
3. Jumlah kelompok strategis.
4. Jarak strategi diantara kelompok-kelompok.
D. POSISI PERUSAHAAN DALAM KELOMPOK STRATEGI.
Posisi
perusahaan dalam kelompok strategi adalah derajat diferensiasi
perusahaan dalam suatu lingkungan kelompok strategi yang sama atau
berbeda. Kelompok strategi tersebut yaitu kelompok tipe A, B, C, atau D,
seperti gambar 1.1 diatas. Posisi perusahaan dalam kelompok strategi
dapat dianalisis melalui dimensi dibawah ini.
1. Tingkat persaingan dalam kelompok strategi.
2. Skala perusahaan relatif terhadap perusahaan lain dalam kelompoknya.
3. Biaya masuk dalam kelompoknya.
4. kemampuan perusahaan untuk melaksanakan atau menerapkan strategi yang dipilih dalam arti operasional.
Prinsip
analisis strukttural di dalam suatu industri memungkinkan kita untuk
lebih kongkrit dan spesifik mengenai apa sebenarnya kemampuan khas,
kekuatan, kelemahan perusahaan serta peluang dan resiko industri.
Kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat tersusun sebagai berikut.
Tabel 1.1 Kekuatan – Kelemahan Strategis SBU.
Kekuatan
|
Kelemahan
|
1. Faktor-faktor yang membentuk rintangan- rintangan mobilitas yang melindungi kelompok strategisnya.
2. Faktor-faktor yang memperbesar tawar-menawar kelompoknya dalam menghadapi para pembeli dan pemasok.
3. Faktor-faktor yang mengisolasi kelompoknya dari persaingan perusahaan-perusahaan lain.
4. Skala yang lebih besar dibanding kelompok strategisnya.
5. Faktor-faktor yang memungkinkan biaya rendah untuk ikut serta ke dalam kelompok strategisnya dari pada yang lain.
6. Kemampuan yang kuat untuk melaksanakan strategisnya dibanding para pesaingnya.
7. Sumber
daya dan kecakapan yang memungkinkan perusahaan dapat mengatasi
rintangan-rintangan mobilitas dan bahkan untuk pindah ke kelompok
strategis yang lebih layak.
|
1. Faktor-faktor yang melemahkan rintangan-rintangan mobilitas yang melindungi kelompok strategisnya.
2. Faktor-faktor yang merusak daya tawar-menawar kelompoknya dalam menghadapi para pembeli dan pemasok.
3. Faktor-faktor yang membuka kelompok terhadap persaingan dari perusahaan-perusahaan lain.
4. Skala yang lebih kecil dibanding kelompok strategisnya.
5. Faktor-faktor yang menyebabkan biaya yang tinggi untuk ikut serta dalam kelompok strategisnya dibanding para pesaingnya.
6. Kemampuan melaksanakan strategis nya kurang kuat dibanding para pesaingnya.
7. Kelangkaan
sumber daya dan kecakapan yang memungkinkan perusahaan untuk dapat
mengatasi rintangan-rintangan mobilitas dan pindah ke kelompok
strategis yang lebih layak.
|
Analisis
posisi perusahaan tersebut diatas, juga member suatu kerangka kerja
yang sistematis mengenai kekuatan dan kelemahan utama dari perusahaan
dalam hubungannya dengan pesaing. Kerangka kerja ini memberikan
kejelasan mengenai dua tipe yang secara fundamental berbeda :
1. Kekuaatan
dan kelemahan struktural, terdapat ciri-ciri yang mendasari struktur
industri, seperti : Rintangan-rintangan mobilitas, determinan daya
tawar-menawar relatif, dan sebagainya. Sifatnya relatif permanen dan
susah dibatasi.
2. Kekuatan
dan kelemahan implementasi didasarkan pada perbedaan kemampuan
perusahaan untuk melaksanakan strategi terletak pada kemampuan
manajerial dan sumber daya manusia yang ada di bawahnya.
Di
samping analisis posisi perusahaan dalam kelompok strategis dapat
memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan posisi perusahaan, analisis
tersebut juga memberikan peluang jika posisi perusahaan dalam keadaan
kuat dan menjadi ancaman jika posisi perusahaan dalam keadaan lemah.
Adapun peluang dan ancaman tersebut dibagi dalam beberapa katagori
berikut ini.
Tabel 1.2 Peluang – Ancaman Strategis SBU.
Peluang
|
Ancaman
|
1. Menciptakan suatu kelompok strategi baru. Umumnya didasarkan pada perubahan teknologi dan perubahan struktur industri.
2. Pindah ke kelompok strategi yang situasinya lebih menguntungkan.
3. Memperkuat posisi struktural kelompok yang ada atau posisi perusahaan dalam kelompok.
4. Pindah ke kelompok baru dan memperkuat posisi struktural kelompok tersebut.
|
1. Resiko-resiko masuknya perusahaan-perusahaan lain ke dalam kelompoknya.
2. Resiko-resiko
faktor yang mengurangi rintangan-rintangan mobilitas kelompok
strategi perusahaan, menurunkan kekuatan terhadap para pelanggan dan
pemasok, merusak posisi dalam hubungannya dengan produk pengganti atau
membuka posisi terhadap penandingan yang lebih besar.
3. Resiko-resiko
yang menyertai investasi yang ditujukan untuk memperbaiki posisi
perusahaan dengan menambah rintangan – rintangan mobilitas.
4. Resiko-resiko
atas upaya untuk mengatasi rintangan – rintangan mobilitas dalam
memasuki kelompok strategis yang lebih layak atau kelompok yang sama
sekali baru.
|
Catatan : Dua
ancaman pertama bagi posisi perusahaan dikarenakan tidak melakukan
apapun. dan dua yang terakhir adalah ancaman karena mengejar peluang.
|
E. FORMULASI STRATEGI UNIT BISNIS.
Pilihan
perusahaan mengenai strategi, atau kelompok strategi untuk bersaing,
adalah didasarkan pada proses menganalisis semua faktor-faktor, seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu :
1. Ancaman masuknya pendatang baru.
2. Kekuatan tawar-menawar pemasok dan pembeli.
3. Ancaman produk pengganti
4. Persaingan diantara perusahaan yang sudah ada.
Dengan
kata lain, merumuskan strategi persaingan dalam suatu lingkungan
industri dapat dipandang sebagai pilihan mengenai kelompok strategis
mana yang bersaing di dalamnya.
Untuk
kepentingan inilah Michael E. Porter kemudian menyarankan tiga strategi
yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan, yaitu :
1. Strategi Keunggulan Biaya Menyeluruh ( Overall Cost Leadership ).
Strategi
keunggulan biaya menyeluruh yang populer pada tahun 1970-an dan
didasarkan pada konsep kurva pengalaman adalah mencapai keunggulan biaya
menyeluruh dalam industri melalui seperangkat kebijakan fungsional yang
ditujukan pada sasaran. Strategi keunggulan biaya yang didasarkan pada
biaya yang relatif rendah dibanding pesaing menjadi dasar utama yang
menjiwai kesluruhan strategi, meskipun mutu, pelayanan, dan
bidang-bidang lainnya tidak dapat diabaikan.
Memiliki
posisi biaya rendah akan membuat perusahaan mendapatkan hasil riba
diatas rata-rata dalam industrinya, meskipun ada kekuatan pesaing yang
besar.
a. Posisi
biaya memberikan pada perusahaan tersebut ketahanan terhadap rivalitas
dari para pesaing industri, karena biaya yang lebih rendah
memungkinkannya untuk tetap dapat menghasilkan laba setelah para
pesaingnya mengorbankan laba mereka demi persaingannya.
b. Posisi
biaya rendah melindungi perusahaan dari pembeli yang kuat karena
pembeli hanya dapat menggunakan kekuatannya untuk dapat menekan harga
sampai ke tingkat harga dari pesaing yang paling efisien berikutnya.
c. Biaya
rendah memberikan perlindungan terhadap pemasok yang kuat dengan
menyediakan fleksibilitas yang lebih besar untuk menanggulangi kenaikan
biaya input (masukan).
d. Faktor-faktor
yang membawa kepada posisi biaya rendah biasanya menimbulkan hambatan
masuk yang cukup berarti bagi pendatang baru dalam bentuk skala ekonomis
atas keunggulan biaya.
e. Akhirnya,
posisi biaya rendah juga meenempatkan perusahaan pada posisi yang
menguntungkan dalam menghadapi produk pengganti relatif terhadap posisi
pesaingnya dalam industri.
Jadi,
posisi biaya rendah melindungi perusahaan terhadap kelima kekuatan
persaingan terhadap tawar-menawar hanya akan terus mengikis laba sampai
para pesaing yang paling efisien berikutnya gugur, dank arena pesaing
yang paling kurang efisien akan merupakan perusahaan yang pertama
menderita dalam menghadapi tekanan persaingan. Untuk menerapkan strategi
keunggulan biaya menyeluruh harus mempertimbangkan persyaratan dan
resiko agar hasilnya benar-benar optimal.
Tabel 1.3 Persyaratan dan Resiko Strategi Keunggulan Biaya Menyeluruh.
Keterampilan dan
Sumber Daya Umum
yang Diperlukan.
|
Persyaratan Organisasi Umum
|
Resiko Keunggulan Biaya Menyeluruh
|
1. Investasi modal yang terus-menerus dan kemudahan mendapatkan modal.
2. Keterampilan rekayasa Proses.
3. Pengawasan yang ketat terhadap tenaga kerja.
4. Produk dirancang agar mudah dibuat.
5. Sistem distribusi biaya rendah.
|
1. Pengendalian biaya yang ketat.
2. Laporan pengendalian yang terinci dan sering.
3. Insentif didasarkan atas pemenuhan target kuantitatif yang ditentukan secar ketat.
|
1. Keunggulaan biaya tidak bertahan lama, dikarenakan.
a. Pesaing meniru.
b. Teknologi berubah.
c. Bisnis lain untung keunggulan biaya runtuh.
2. Kedekatan dlm diferensiasi hilang.
3. Penganut strategi fokus mencapai biaya yang lebih rendah dalam segmen.
|
2. Strategi Diferensiasi.
Strategi
generik yang kedua adalah mendiferensiasikan produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan, yaitu menciptakan suatu yang baru yang dirasakan
oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik.
Pendekatan dalam melakukan strategi diferensiasi dapat bermacam-macam bentuknya :
a. Citra rancangan atau merek.
b. Teknologi.
c. Karakteristik khusus ( cirri khas ).
d. Pelayanan pelanggan.
e. Jaringan-jaringan penyalur atau dimensi-dimensi lainnya.
Perlu
ditegaskan bahwa strategi diferensiasi tidaklah berarti memungkinkan
perusahaan untuk mengabaikan biaya, tetapi biaya bukanlah target
strategi utama.
Strategi
diferensiasi merupakan strategi yang baik untuk menghasilkan laba
diatas rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan
posisi yang aman untuk mengatasi kelima kekuatan persaingan, meskipun
dengan cara yang berbeda dari strategi keunggulan biaya.
a. Diferensiasi
memberikan penyekat terhadap persaingan karena adanya loyalitas merek
dari pelanggan dan mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga
dan produk pengganti.
b. Diferensiasi menciptakan kesetiaan pelanggan sehingga menciptakan hambatan masuk.
c. Diferensiasi
dapat mengurangi kekuatan pembeli karena diferensiasi mempunyai produk
yang unik (khas) yang tidak dimiliki perusahaan lain, sehingga pembeli
tidak memiliki alternatif lain, oleh karena itu tidak peka terhadap
harga.
d. Akhirnya,
perusahaan yang telah mendiferensiasikan dirinya untuk mendapatkan
kesetiaan pelanggan menghasilkan margin yang tinggi yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi kekuatan pemasok.
Yang
menjadi pusat dari strategi diferensiasi ini adalah kemampuan untuk
memahami keinginan pembeli. Perusahaan harus mengetahui apa nilai atau
value yang diinginkan atau diharapkan oleh pembeli, kemampuan untuk
menyerahkan produk sesuai dengan keinginan serta menetapkan harga yang
pantas. Dengan demikian, perusahaan telah menciptakan sekelompok
pelanggan setia (loyal customer) dan mungkin perusahaan telah
menciptakan suatu pasar monopoli mini, yaitu pasar monopoli dalam
cakupan yang kecil. Namun untuk menerapkan strategi diferensiasi harus
mempertimbangkan persyaratan dan resiko agar berhasil dengan baik.
Tabel 1.4 Persyaratan dan Resiko Strategi Diferensiasi
Keterampilan dan
Sumber Daya Umum
yang Diperlukan.
|
Persyaratan Organisasi Umum
|
Resiko Keunggulan Biaya Menyeluruh
|
1. Kemampuan pemasaran yang kuat.
2. Rekayasa produk.
3. Kemampuan kreatif.
4. Kemampuan dalam riset dasar.
5. Reputasi perusahaan dalam hal kepeloporan mutu atau teknologi.
6. Tradisi yang panjang dalam industri atau kombinasi yang khas dari keterampilan yang diperoleh dalam bisnis-bisnis lain.
7. Kerjasama yang erat dalam saluran distribusi.
|
1. Koordinasi yang kuat diantara fungsi-fungsi pada Litbang, pengembangan produk dan pemasaran.
2. Pengukuran dan insentif subjektif sebagai ganti.
3. Fasilitas untuk menarik tenaga kerja yang sangat terampil, ilmuwan atau orang kreatif.
|
1. Diferensiasi tidak bertahan lama, dikarenakan :
a. Pesaing meniru.
b. Basis untuk diferensiasi menjadi kurang penting bagi pembeli.
c. Kedekatan dlm biaya hilang.
2. Penganut strategi fokus mencapai diferensiasi yang lebih rendah dalam segmen.
|
3. Strategi Fokus.
Strategi
generk terakhr adalah memusatkan (fokus) pada kelompok pembeli, segmen
lini produk, atau pasar geografis tertentu. Jika strategi biaya rendah
atau diferensiasi ditujukan untuk mencapai sasaran perusahaan di
keseluruhan industri, maka strategi fokus dibangun untuk melayani target
tertentu secara baik, dan semua kebijakan fungsional dikembangkan atas
dasar pemikiran ini.
Strategi
ini didasarkan pada pemikiran bahwa perusahaan mampu melayani target
strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien ketimbang
pesaing yang bersaing luas dan akhirnya perusahaan akan mencapai
diferensiasi atau biaya rendah untuk target tertentu, bahkan mencapai
kedua-duanya.
Diferensiasi
dan biaya rendah pada sasaran yang luas maupun sempit (fokus)
seringkali membingungkan. Perbedaan yang utama adalah secara keseluruhan
diferensiasi dan biaya rendah pada sasaran yang luas mendasarkan
strateginya kepada nilai-nilai atribut yang luas, begitu sebaliknya pada
sasaran yang sempit (fokus). Penerapan strategi fokus memiliki beberapa
persyaratan umum serta resiko-resiko yang harus dihadapi, diantaranya
sebagai berikut.
Tabel 1.5 Persyaratan dan Resiko Strategi Fokus
Keterampilan dan Sumber Daya Umum yang Diperlukan.
|
Persyaratan Organisasi Umum
|
Resiko Strategi Fokus
|
1. Kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas yang ditujukan kepada target strategi tertentu.
|
1. Kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas yang ditujukan kepada target strategi tertentu.
|
1. Strategi fokus ditiru.
2. Segmen sasaran menjadi tidak menarik secara struktural, dikarenakan :
a. Struktur rusak.
b. Permintaan menghilang
3. Persaingan bersasaran luas menguasai segmen.
a. Perbadaan segmen dengan segmen lain menyempit.
b. Keunggulan lini luas meningkat.
4. Penganut baru strategi focus mengganggap diri sub-segmen dalam industri.
|
F. PERUSAHAAN YANG TERJEPIT DI TENGAH-TENGAH KETIKA.
Ketika
strategi generik di atas merupakan pendekatan alternative yang dapat
digunakan untuk menanggulangi kekuatan-kekuatan pesaing namun dalam
kenyataannya, kadangkala perusahaan menerapkan semua strategi generik.
Perusahaan yang menerapkan semua strategi generik tetapi gagal mencapai
keberhasilan dikatakan “terjepit di tengah-tengah”. Perusahaan semacam
ini biasanya tidak memiliki keunggulan untuk bersaing, karena
terperangkap di tengah pada posisi yang tidak menguntungkan karena
pemimpin biaya, diferensiasi atau strategi fokus memiliki posisi yang
lebih baik untuk bersaing dalam segmen manapun.
Perusahaan
yang terjepit di tengah-tengah hampir dipastikan akan mempunyai
kemampulabaan yang rendah. Perusahaan ini akan kehilangan pelanggan
dalam jumlah besar yang menginginkan harga rendah atau harus
mengorbankan labanya untuk menghindar dari perusahaan-perusahaan yang
berdaya rendah. Perusahaan yang terjepit di tengah-tengah akan menderita
kerugian akibat ketidakjelasan budaya perusahaan, perangkat penataan
organisasi serta sistem motivasi yang bertentangan. Perusahaan ini akan
memperoleh laba jika :
1. Struktur industri yang menunjang.
2. Memiliki pesaing yang juga terperangkap di tengah-tengah.
Perusahaan
yang terjepit di tengah-tengah merupakan manifestasi dari
ketidakjelasan perusahaan yang menetapkan strategi bersaing secara
tegas, oleh sebab itu perusahaan ini harus mengambil keputusan strategis
yang mendasar. Perusahaan ini. Perusahaan ini harus mampu mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai keunggulan biaya,
setidak-tidaknya menyaingi biay pesaing ( cost parity
), yang biasanya membutuhkan investasi yang besar untuk melakukan
modernisasi atau untuk merebut bagian pasar, atau juga perusahaan
mengarahkan dirinya kepada target tertentu ( fokus ) atau mencapai
kekhasan tertentu ( diferensial ).
Diantara
ketiga pilihan strategi generik itu haruslah didasarkan pada kemampuan
dan keterbatasan perusahaan untuk menerapkan masing-masing stategi
generik dengan berhasil dalam perusahaan diperlukan sumber daya,
kekuatan susunan organisasi dan daya manajerial yang berbeda.
Untuk
dapat memecahkan masalah perusahaan yang terjepit di tengah-tengah maka
metodologi Arthur D. Little, Inc atau yang lebih dikenal dengan Life-Cycle Industry Matrix
( matriks daur hidup industri ) dapat menjadi alternatif pemecahan
masalah tersebut. Matriks daur hidup industri merekomendasikan
program-program action yang luas tergantung pada posisi unit bisnis di dalam matriksnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa Life-Cycle Industry Matrix ditujukan
untuk mengetahui posisi (perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan
penurunan) unit bisnis usaha strategi. Menurut Umar (1999) dalam bukunya
Riset Strategi Perusahaan, sehubungan dengan daur hidup industri unit
bisnis dikategorikan menjadi empat keluarga bisnis yang berbeda, yaitu :
1. Natural Development (pertumbuhan yang alami)
2. Selective Development (pertumbuhan yang selektif)
3. Proven Viability (bukti keberadaan)
4. Out (menarik diri)
0 komentar:
Post a Comment